PEMILIH PEMULA SEBAGAI AGEN SOSIALISASI POLITIK

Oleh : FIDYAWATY ARSYAD
(Mahasiswa Jurusan Ilmu Hukum Dan Kemasyarakatan/ Prodi PPKn)
Pemilihan Umum (Pemilu) maupun Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) adalah pesta demokrasi yang paling paling dinanti-nanti, khusunya bagi para pemilih pemula. Selain menandakan bahwa diri mereka sudah mulai dewasa, jari yang akan diberi tanda biru juga adalah sebuah kebanggan tersendiri.
Namun, sudah menjadi hal lazim saat menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) ataupun Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) salah satu topik pembahasan adalah Pemilih Pemula.
Pemilih pemula dapat dikatakan penting karena presentasi pemilih pemula itu lebih banyak dari pada orang yang sudah punya pengalaman memilih. Pemilih pemula dikatakan sebagai Less Rational in Political (Politik yang kurang rasional) sehingga pemilih pemula ini mudah di pengaruhi.
Tidak jarang, pemilih pemula dijadikan sebagai agen sosialisasi politik dengan kedok ‘Barisan Milenial’ karena presentasi pemilih pemula itu lebih banyak dari presentasi pemilih orang tua dan sebagian besar pemilih pemula belum mengetahui tentang pemilihan sehingga dapat dengan mudah dipengaruhi untuk mendapatkan suara terbanyak dalam pemilihan tersebut.
Senior politik pernah mengatakan bahwa pemilih pemula merupakan target yang pertamakali di rangkul atau yang tepat untuk dijadikan agen sosialisasi politik, karena mereka kurang memahami politik itu apa.
Tak hanya itu, mereka juga memberikan pelajaran-pelajaran politik kepada para pemilih milenial agar kedepannya hak suara mereka tidak terbuang sia-sia.
“Sebagian dari pemilih pemula menganggap pemilihan ini hanya main-main, maka dari itu tugas kami sebagai politisi menjadikan para pemilih pemula sebagai agen sosialisasi politik melalui media sosial seperti Facebook, Twitter, WhatsApp, instagram dan lain sebagainya,” begitu katanya.
Pemilih pemula juga dijadikan garda terdepan karena terkadang pemilih-pemilih tua itu sudah tidak percaya lagi dengan namanya politik, makanya dengan adanya pembelajaran politik pada pemilih pemula itu mampu mendorong tingkat pemilih tersebut dalam hal ini dapat dikatakan pemilih tua. Ketika orang yang sudah terpilih nanti sudah tidak seperti komitmen mereka dari awal, sehingga timbul ketidakpuasan dan mungkin akan timbul juga rasa ingin golput.
Dengan adanya pemilih pemula ini mereka akan memberikan wawasan-wawasan lagi, itulah sebabnya mengapa partai-partai politik itu lebih cenderung merangkul para pemilih pemula. Merangkul pemilih pemula dengan cara kumpulkan mereka, sosialisasikan, dan terangkan politik itu seperti apa? Jadi arti politik itu dari rakyat untuk rakyat, yang akan memberikan pemahaman kepada pemilih pemula itu bahwa tidak selamanya para politisi-politisi itu seperti yang orang-orang katakan pada umumnya. Pada zaman sekarang ini pemilih pemula itu kebanyakan mengikuti pilihan orang tua.
Olehnya, sebagai generasi penerus tentunya juga harus belajar kepada yang lebih paham tentang Pemilu. Bahwa menjelang Pemilu banyak pengaruh dalam menentukan pilihan. Banyaklah bertanya dengan para tokoh yang lebih paham akan kondisi politik Indonesia.
Ingat, ini adalah hak asasi, hak setiap warga negara yang sudah memenuhi syarat ikut Pemilu. Sebagai pemilih pemula kalian pun ingin seperti warga yang lain. Turut menjaga suasana damai meski berbeda pilihan. (***)